Apakah Sektor Keuangan AS Akan Merayakan Melambatnya Pasar Tenaga Kerja?

by -105 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) mulai mendingin. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya tingkat pengangguran serta melambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor nonfarm payrolls.

Data tenaga kerja yang memburuk ini menjadi kabar baik bagi dunia karena mencerminkan inflasi yang melambat sehingga memungkinkan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) melunak.

Nonfarm payrolls meningkat sebesar 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (3/11/2023). Data ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000, dikutip dari CNBC International.

Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.

Pasar bereaksi positif terhadap laporan tersebut, dengan kontrak berjangka yang terkait dengan Dow Jones Industrial Average bertambah 100 poin.

Melemahnya data-data ini merupakan sentimen negatif untuk pasar tenaga kerja, karena akan lebih sulit untuk mendapat pekerjaan di AS. Di sisi lain, ini dapat menjadi sentimen positif untuk pasar keuangan.

Perlambatan pasar tenaga kerja memungkinkan terjadinya penurunan inflasi, sebab daya beli masyarakat mengalami perlambatan. Terkendalinya inflasi, memungkinkan The Fed untuk lebih longgar dengan kebijakan pengetatan suku bunga.

Data tenaga kerja hari ini semakin menegaskan pasar tenaga kerja yang telah mendingin.

Kamis kemarin, AS juga telah melaporkan klaim pengangguran naik 5.000 menjadi 217 ribu pada pekan yang berakhir pada 28 Oktober. Jumlah ini ada di atas ekspektasi pasar yakni 210.000.

Sebagai catatan, sektor tenaga kerja AS menjadi sorotan tajam pada Oktober lalu karena demo besaran yang dilakukan ribuan pekerja sektor otomotif, hiburan, hingga kesehatan.

Data Tenaga Kerja AS menyebut sekitar 48.100 pekerja melakukan demo Oktober lalu. Angka tersebut menjadi rekor tertingginya sejak Februari 2004 atau 19 tahun lalu. Data tenaga kerja AS menjadi salah satu pertimbangan besar The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Jika pengangguran AS meningkat maka ini akan menjadi kabar gembira bagi pasar keuangan Indonesia karena bisa membuat semakin melunak ke depan.