Jokowi Minta Negara Maju Penuhi Janji US$ 100 M untuk Transisi Energi

by -107 Views

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar membuka Paviliun Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 (COP28) di Expo City, Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis (30/11/2023) pukul 11.00 waktu UEA. Dalam pidato utama yang disampaikan, Siti Nurbaya menegaskan pentingnya sektor energi dan memprioritaskannya dalam agenda COP28 untuk didiskusikan di Paviliun Indonesia.

Pada masa Presidensi G20 November 2022, Indonesia bersama dengan International Partner Group (IPG) telah menginisiasi perjanjian internasional (tidak mengikat) tentang Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan. IPG dipimpin oleh AS dan Jepang, dengan anggota Kanada, Denmark, UE, Perancis, Italia, Norwegia, dan Inggris.

Implementasi JETP memproyeksikan sekitar US$ 20 miliar kemitraan publik-swasta dengan pendanaan investasi campuran khususnya untuk mempercepat dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan. Mobilisasi keuangan sedang berlangsung selama tiga sampai lima tahun dengan memperkenalkan Indonesia Country Platform sebagai mekanisme keuangan untuk pensiun dini pembangkit listrik tenaga batubara atau PLTU dan untuk investasi baru pada energi terbarukan.

Pembahasan mengenai energi akan menjadi penting dan menarik setelahnya, begitu juga dengan sampah dan ekonomi sirkular, yang semuanya melibatkan partisipasi masyarakat, swasta, CSO dan akar rumput.

Lebih lanjut, Siti mengatakan, berbagai hasil penting dalam bidang iklim yang dicapai Indonesia menunjukkan bahwa kepemimpinan Presiden Jokowi dalam bidang iklim didasarkan pada kepemimpinan yang memberi contoh. Bukan sekadar klaim, janji, atau komitmen di atas kertas.

Presiden Joko Widodo, secara konsisten menekankan pentingnya mewujudkan janji US$ 100 miliar yang dibuat oleh negara-negara maju (kepada negara-negara berkembang), yang masih belum pasti hingga COP28. Pemenuhan janji ini sangatlah penting, terutama untuk transisi energi dan aksi iklim besar lainnya.