Pantauan Ketat dari Kemenkeu, BI, OJK, dan LPS Terhadap Gangguan Ekonomi dan Nilai Tukar Rupiah

by -104 Views

Pemerintah Menjaga Stabilitas Ekonomi Meski Terdapat Gejolak Global

Pemerintah menyatakan komitmennya untuk menjaga berbagai indikator ekonomi Indonesia tetap stabil. Meski di sisi lain, gejolak akibat perang dan kebijakan suku bunga global yang diperkirakan akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama telah memengaruhi berbagai indikator stabilitas.

Misalnya, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di kisaran atas Rp 16.000/US$, bahkan kemarin terus bergerak di atas Rp 16.000/US$. Di sisi lain, harga-harga komoditas terutama minyak mentah dunia telah naik akibat gejolak peperangan di Timur Tengah setelah Iran meluncurkan rudal ke Israel pada Sabtu lalu.

“Kurs rupiah terutama terhadap dolar AS kita pantau dengan seksama setiap hari. Pemerintah, kami di Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam konteks Komite Stabilitas Sistem Keuangan untuk menjaga stabilitas variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi ekonomi kita,” kata Suahasil dalam acara Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2024, Kamis (18/4/2024).

“Namun kita harus tetap waspada dan memperhatikan beberapa variabel dengan seksama, seperti pergerakan kurs, harga minyak, dan suku bunga di tingkat global,” tegasnya.

Suahasil mengatakan bahwa permasalahan di tingkat global berpotensi mempengaruhi aktivitas ekonomi Indonesia yang tengah fokus untuk merealisasikan cita-cita menjadi negara maju pada tahun 2045. Namun, ia memastikan bahwa target tersebut tidak akan dibiarkan terlewat dan akan terus dikejar untuk menjadikan Indonesia negara yang makmur dan sejahtera bagi rakyatnya.

Apalagi, masih terdapat banyak peluang pertumbuhan ekonomi baru, dari perbaikan krisis perubahan iklim melalui ekonomi hijau dan digitalisasi. Menurutnya, kedua sisi tersebut akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru karena banyak peluang bisnis yang bisa tumbuh dari energi baru dan terbarukan, hingga efisiensi dari pemanfaatan digitalisasi.

“Tentu tujuan kita adalah menjadi negara maju dan kita memandang Indonesia Emas 2045 sebagai tujuan kita. Beberapa angka telah kita proyeksikan dan kita sudah bisa menuju visi Indonesia 2045 menjadi negara maju. Memang tidak mudah karena kita memerlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas ekonomi yang mapan,” ucap Suahasil.

Dalam konteks mencapai tujuan Indonesia maju, pemerintah telah menargetkan pertumbuhan ekonomi ke depan akan tumbuh di level 6% dari yang saat ini berada di kisaran 5%, dengan pertumbuhan aliran modal sebesar 3% dari saat ini 2,5%, tenaga kerja 1,6% tidak berubah dari kondisi saat ini, dan produktivitas naik 1,4% dari saat ini 1%.

“Dalam konteks tersebut, kebijakan fiskal menjadi salah satu komponen yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan tersebut, dan kebijakan fiskal tahun 2025 akan digunakan untuk mewujudkan visi Indonesia Maju 2045,” tutur Suahasil.