Ada Kalanya Musuh dan Lawan Harus Kita Hormati

by -158 Views

Saya seorang prajurit. Saya mampu memimpin operasi tempur. Kita harus selalu siap bertempur. Tetapi saya yakin, cara terbaik adalah tanpa kekerasan. Jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik adalah dengan menghindari perang. Saya selalu berpendapat bahwa musuh kita juga merupakan pendekar. Musuh harus kita hormati. Kita boleh berlawan, tapi kita harus tetap berkomunikasi. Kita harus mencari jalan keluar dari setiap pertikaian.

Pelajaran nenek moyang kita mengajarkan bahwa kemenangan terbaik adalah kemenangan tanpa menimbulkan sakit hati, kebencian, atau rasa dendam. Bagaimana cara mencapainya? Ada ajaran nenek moyang kita, iso rumongso, ojo rumongso iso. Jangan merasa kau bisa semuanya, tapi kau harus bisa merasakan pihak orang lain, merasakan kesulitan mereka, dan merasakan penderitaan mereka seperti kamu bisa merasakan penderitaan anak buahmu dan kesulitan anak buahmu.

Pada suatu waktu saya bertemu dengan komandan sektor saya di Timor Timur, Letkol Sahala Rajagukguk. Beliau memberikan saya sasaran untuk dicapai, namun beliau juga memahami beban yang kami hadapi. Beliau memberikan kami waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Pengalaman ini menunjukkan kepada saya betapa pentingnya empati terhadap rekan-rekan kita.

Pada awal karier saya, saya turut serta dalam operasi di Timor Timur. Sebagai perwira intelijen, saya memiliki minat dalam perang sejak kecil dan telah belajar banyak tentang teknik perang gerilya dan anti-gerilya. Saya juga banyak belajar dari senior saya, seperti Kapten Hendropriyono.

Dari pengalaman saya, saya percaya bahwa tawanan tidak boleh disakiti. Dukungan rakyat juga sangat vital dalam perang gerilya. Pengalaman saya juga membuat saya memiliki pendekatan dan teknik perang yang saya yakini. TNI harus merebut hati rakyat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesantunan dalam berperang.

Saya juga percaya bahwa lawan harus dihormati. Sejarah dan cerita mengajarkan bahwa bahkan dalam pertempuran, kita harus bisa menghormati lawan. Sebagai contoh, pengalaman saya ketika menangkap komandan musuh, saya memutuskan untuk menyelamatkannya dan menghormatinya.

Pengalaman saya selama bertugas di lapangan telah membentuk pandangan dan teknik perang saya. Saya tetap yakin bahwa cara terbaik untuk berperang adalah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan empati terhadap rekan-rekan dan lawan kita.

Source link