Berjuang Sama Saya Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin

by -188 Views

Saya mengenal Pak Sjafrie Sjamsoeddin pertama kali sebagai komandan divisi taruna Angkatan ’74. Kami menjadi teman sejak kami berada di Pavilion 5, Lembah Tidar, AKMIL, dan terus bersama-sama sebagai siswa kursus kecabangan Infanteri. Kami berlatih para bersama, latihan komando bersama, dan lainnya.

Ketika saya adalah seorang Letnan Dua, kita bertugas di kompi yang sama di bawah kepemimpinan Letnan Satu Mujain, seorang lulusan Secapa yang terjun bersama Pak Beni di Merauke dan mendapat Bintang Sakti.

Kami berpisah setelah kita berpangkat Letnan. Meskipun kami sama-sama Grup 1 Parako, beliau menjadi Komandan Kompi di Kompi 111, dan saya menjadi Komandan Kompi di Kompi 112. Kemudian kami mengikuti karier masing-masing. Beliau menjadi pengawal presiden, menjadi komandan grup di Paspampres, dan akhirnya menjadi komandan Batalyon di Grup 1, serta menjadi Wakil Asisten Operasi Kopassus, dan Komandan Korem.

Sebagai seseorang yang dianggap dekat dengan Presiden Soeharto, seharusnya setelah tahun 1998 Pak Sjafrie bisa mencapai karier yang lebih tinggi lagi. Namun, itu adalah risiko. Sejak awal kami sudah diingatkan oleh senior-senior, “semua jabatan di tentara Kolonel ke atas adalah jabatan politis. Setelah Kolonel, semuanya tergantung pada politik. Nasib kalian belum tentu sesuai dengan profesionalisme.”

Yang ingin saya sampaikan di sini, adalah apa yang saya lihat dari dekat. Pak Sjafrie menjadi bintang 3, dan sempat menjadi Wakil Menteri Pertahanan, sebelumnya menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, dan sampai sekarang pun masih membantu saya di Kementerian Pertahanan.

Beliau memiliki disiplin pribadi yang sangat tinggi. Beliau tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain dan tidak pernah menghambat karya orang lain. Beliau juga selalu memimpin dengan tenang, dengan kewibawaan dan kesungguhan hati.

Beliau pengguna senjata yang baik. Beliau juga menjaga fisiknya dengan baik. Beliau seorang pelajar yang tekun dan dapat dikatakan taat pada agamanya. Saya beberapa tahun berada satu kamar dengan beliau, dan melihat sendiri bagaimana beliau tidak pernah melewatkan sholat lima waktu dan puasa Senin Kamis. Beliau juga sangat teliti.

Dalam operasi di Timor Timur, di Aceh, dan di Papua, beliau sangat sukses. Dia sangat dicintai oleh anak buahnya. Sikapnya sangat tenang dan pendiam. Menurut saya, dia adalah salah satu Jenderal terbaik dari generasi saya.

Source link