Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran membantah anggapan bahwa Indonesia secara ekonomi terlalu berkiblat ke China, terutama dalam hal investasi.
Anggota Dewan Pakar TKN Mulya Amri mengatakan anggapan itu kemungkinan muncul karena China merupakan negara tujuan ekspor dan impor utama Indonesia.
“Tadi disebutkan kita terlalu China-sentris, mungkin karena saat ini ekspor-impor kita paling besar ke China dan dari China,” kata dia dalam program Your Money Your Vote bertajuk “Jurus Ekonomi Capres-Cawapres di Tengah Perang dan Ketidakpastian Global”, dikutip Jumat (5/1/2024).
Mulya menilai hal tersebut adalah sebuah ketidaksengajaan. Menurut dia, pemerintah Presiden Joko Widodo juga mengajak semua negara untuk berinvestasi dan berdagang dengan Indonesia. Dia mencontohkan misalnya saja pada perhelatan G20.
Di acara itu, kata dia, Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga hadir dan berbicara mengenai investasi. Perusahaan-perusahaan asal negeri Paman Sam, kata dia, juga banyak yang berinvestasi ke Indonesia. “Amerika juga kita kejar,” kata dia.
Hanya saja, kata dia, saat ini investor dari China lebih agresif dalam berinvestasi di Indonesia. Menurut dia, tidak mungkin Indonesia menolak negara yang ingin berinvestasi di Indonesia.
“Kebetulan yang masuk investasinya yang mau beli barang kita China duluan. Apakah karena kita pro-China? Tidak, semua untuk kepentingan Indonesia. Yang mana yang masuk itu yang kita ambil,” ujar dia.
Meski demikian, Mulya menilai ke depan Indonesia tetap harus memperbanyak jumlah negara yang menanamkan modalnya di Indonesia. Dia mengatakan banyaknya investor dari China saat ini dapat menjadi motivasi bagi pemerintah untuk menggaet investor dari negara yang lebih beragam.
“Oke China sudah masuk nih. Gimana caranya supaya tidak terlalu ke China. Kita justru harus lebih giat mencari investor dari negara lain. Ini yang bisa membuat kita mencapai masa Indonesia emas,” tegas Mulya.