Menghadapi Ancaman ‘Kiamat’ Tahu-Tempe di Indonesia, Inilah Sumber Permasalahannya

by -67 Views

Hilangnya stok kedelai dari pasaran telah mengakibatkan sebagian pengrajin tahu-tempe menghentikan produksi mereka dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi dimana kedelai sulit ditemukan saat ini diakui sebagai yang terparah dalam 10 tahun terakhir, atau sejak awal pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Beberapa pengrajin tahu-tempe terpaksa menghentikan produksi mereka. Menurut catatan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), sekitar 20%-30% dari total 150 ribu pengrajin tahu-tempe telah menghentikan produksi. Hal ini menyebabkan kelangkaan tahu-tempe di sejumlah pasar.

“Sejak beberapa tahun lalu, setiap akhir tahun selalu ada demo mogok karena harga naik. Namun baru kali ini ada kelangkaan kedelai. Tahun lalu, mungkin harga kedelai naik, tetapi sekarang tidak hanya naik saja, tapi juga tidak ada, langka. Ini pertama kalinya barangnya langka,” kata Ketua Umum Gakoptindo, Aip Syarifuddin kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/1/2024).

Kelangkaan kedelai juga membuat harga kedelai naik. Sesuai dengan hukum ekonomi supply-demand, harga kedelai telah melonjak di atas keadaan normal. Padahal seharusnya harga turun karena, menurut Aip, beberapa negara sedang memasuki musim panen kedelai.

“Jadi harga naik, terkadang di bulan Agustus sampai mencapai Rp 13-14-15 ribu, kemudian stok bertambah sehingga turun ke angka Rp 12 ribu. Sekarang naik lagi, saat ini mencapai Rp 13 ribuan per kilogram, padahal saat ini, seharusnya harga tertinggi adalah Rp 10-11 ribu per kilogram, sesuai dengan harga di AS,” ungkap Aip.

Jika itu adalah harga yang dibayar pengrajin untuk membeli setiap kg kedelai, maka harga kedelai di bursa Chicago juga sedang naik.

“Minggu lalu, harga mencapai lebih dari US$13 per bushel, sehingga berapa dolar itu harga di AS dan itu Brasil, Kanada dan lain-lain mengacu karena ini bursa kedelai di Chicago,” lanjutnya.

Apakah ada kemungkinan importir menahan stok sehingga harga menjadi tinggi? “Tentu ada kemungkinan, saya tahu harga di AS berapa dan berapa harga jual di sini, sehingga keuntungan importir terlihat. Masalahnya apakah mereka dikenakan pajak atau tidak, saya tidak tahu, karena pajak mungkin ditanggung oleh perusahaan dan lain-lain,” ujar Aip.