Jakarta, CNBC Indonesia – Perang Gaza kini membuat ancaman “kiamat” baru di dunia. Hal ini terkait perdagangan dan rantai pasokan global.
Serangan rudal dan drone kelompok milisi di Yaman, Houthi, ke kapal-kapal yang menyeberang di Laut Merah membuat beberapa perusahaan pelayaran besar menghentikan perjalanan dan layanan di kawasan itu. Houthi telah menyerang lebih dari selusin kapal sejak dimulainya perang Israel-Hamas.
Ujung-ujungnya ini akan membuat kenaikan harga untuk pengiriman barang dan bahan bakar. Kapal harus memutar lebih jauh untuk mencapai tujuan.
“MSC, Maersk, Hapag Lloyd, CMA CGM, Yang Ming Marine Transport dan Evergreen semuanya mengatakan bahwa mereka akan segera mengalihkan semua perjalanan yang dijadwalkan untuk menjamin keselamatan pelaut dan kapal mereka. Secara kolektif, kapal-kapal laut ini mewakili sekitar 60% perdagangan global,” tulis CNBC International dalam laporannya, dikutip Selasa (19/12/2023).
“Evergreen juga mengatakan untuk sementara waktu akan berhenti menerima kargo tujuan Israel, dan menangguhkan layanan pengirimannya ke Israel. Orient Overseas Container Line (OOCL), yang merupakan bagian dari COSCO Shipping Group milik China, juga berhenti menerima kargo Israel, dengan alasan masalah operasional,” tambah laporan lagi.
Terbaru, ini pun mempengaruhi minyak global. Raksasa minyak BP mengatakan pihaknya juga akan menghentikan aktivitas pelayaran di Laut Merah.
“Keselamatan dan keamanan karyawan kami dan mereka yang bekerja atas nama kami adalah prioritas BP. Mengingat memburuknya situasi keamanan pengiriman di Laut Merah, BP memutuskan untuk menghentikan sementara semua transit melalui Laut Merah,” kata perusahaan Senin.
Bukan hanya BP, ini juga dilakukan kelompok kapal tanker minyak lain. Frontline juga menyebut akan menghindari Laut Merah.
Houthi sendiri menyerang Laut Merah sebagai bentuk protes serangan Israel ke Gaza melawan Hamas. Houthi mengatakan akan menghalau semua kapal ke Israel hongra Negeri Zionis menghentikan serangannya di Gaza.
Kenaikah Harga
Mengutip laman yang sama, sebenarnya biaya menjadi lebih mahal karena perusahaan-perusahaan besar menghindari Terusan Suez, yang mengalir ke Laut Merah. Kapal-kapal memilih berkeliling Afrika untuk sampai ke Samudera Hindia.
Hal ini akan menambah waktu hingga 14 hari pada rute pengiriman, sehingga menimbulkan biaya bahan bakar yang lebih tinggi. Dan karena kapal membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke tujuannya, solusi ini menimbulkan persepsi “kekurangan kapasitas kapal” di mana keterlambatan pengiriman kontainer dan komoditas tidak bisa dihindari.
“Pengiriman kontainer mewakili hampir sepertiga dari seluruh pengiriman global, dengan perkiraan nilai barang yang diangkut mencapai $1 triliun,” kata wakil presiden eksekutif logistik laut di Kuehne+Nagel, Michael Aldwell.
“Sekitar 19.000 kapal berlayar melalui Terusan Suez setiap tahunnya,” tambahnya.
“Perpanjangan waktu yang dihabiskan di perairan diperkirakan akan menyerap 20% kapasitas armada global, sehingga berpotensi menyebabkan tertundanya ketersediaan sumber daya pelayaran.”
Belum lagi, ujarnya lagi, jika terjadi penundaan dalam pengembalian kontainer kosong ke Asia. Ini hanya akan menambah kesengsaraan rantai pasokan.
“Situasi ini, jika terjadi lebih dari beberapa hari, akan berdampak positif terhadap kredit baik bagi industri pelayaran peti kemas maupun pasar kapal tanker dan curah kering,” kata pengamat lain, pejabat kredit senior di Moody’s, Daniel Harlid.
“Tetapi hal ini juga meningkatkan risiko gangguan lebih lanjut pada rantai pasokan,” tambahnya.
Zone Risiko Tinggi Bertambah
Sementara itu, perusahaan asuransi juga mengubah zona risiko, yang dapat mengakibatkan biaya yang lebih tinggi ditanggung pihak pengirim dan konsumen. Komite Perang Gabungan (JWC), yang mencakup anggota sindikat dari Asosiasi Pasar Lloyd dan perwakilan dari pasar perusahaan asuransi London, mengatakan pihaknya memperluas zona risiko tinggi menjadi 18 derajat utara dari 15 derajat utara.
“Wilayah terdaftar di Laut Merah telah diperluas 3 derajat ke utara untuk memperhitungkan jangkauan rudal dari Yaman, mencerminkan situasi yang dinamis dan berkembang,” kata kepala kelautan dan penerbangan di Lloyd’s Market Association, Neil Roberts.
“Di mana pemilik kapal telah menunjukkan kesadaran mereka terhadap perkembangan dengan mengumumkan beberapa perubahan rute yang signifikan,” tambahnya.
Laut Merah yang berada di sebelah selatan Yaman, sudah terdaftar di JWC, karena kedua wilayah tersebut telah mewajibkan pemberitahuan pelayaran sejak tahun 2009. Keputusan untuk memperluas wilayah berisiko tinggi mempengaruhi pertimbangan penjamin emisi mengenai premi asuransi.
Korban “Kiamat”?
Mengutip Freightos sejak awal perang Israel-Hamas, harga di pasar AS, naik 5% menjadi US$2,497 per kontainer berukuran 40 kaki. Meski begitu tak dipaparkan bagaimana data Asia dan Eropa.
Pergeseran rute ini juga kemungkinan akan merugikan perekonomian Mesir yang sudah terpuruk. Di mana sektor pariwisata merosot akibat perang Israel-Hamas.
Mesir diketahui sebagai pemilik, operator dan pemelihara Terusan Suez, dengen nihai US$9,4 miliar selama tahun fiskal 2022-2023. Diyakini kerugian fantastis akan terjadi karena ini.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef)