Jakarta, CNBC Indonesia – Institut Internasional untuk Pengembangan Manajemen (IMD) baru saja merilis Indeks Perdagangan Berkelanjutan (STI) Hinrich-IMD tahunannya.
Indeks ini mengukur kesiapan dan kapasitas 30 negara untuk berpartisipasi dalam sistem perdagangan global dengan cara yang mendukung tujuan jangka panjang pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan pembangunan masyarakat.
Secara garis besar, di tahun 2023 ini, terjadi perlambatan dalam reformasi perdagangan dan lemahnya dukungan politik terhadap langkah membuka perdagangan akibat kondisi geopolitik. Ini akhirnya menimbulkan tantangan terhadap bagaimana negara dapat meningkatkan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Untuk membalikkan perlambatan ini, mereka justru termasuk di antara negara-negara utama yang menaikkan tarif, hambatan non-tarif, dan memperlambat liberalisasi perdagangan,” tulis rilis itu, dikutip Jumat (27/10/2023).
Dari 30 negara perdagangan utama yang diteliti oleh STI 2023, dua negara yang unggul dalam mencapai keseimbangan tersebut selama dua tahun berturut-turut adalah Selandia Baru dan Inggris. Singapura melonjak dari peringkat 5 ke peringkat 3. Jepang turun empat posisi, dari peringkat 4 menjadi peringkat 8. Adapun Indonesia tercatat berada di urutan ke-19, diapit oleh Ekuador di peringkat 20 dan Kamboja di peringkat 18.
Berikut daftar 20 negara dengan ekonomi paling berkelanjutan:
1. Selandia Baru (100)
2. Inggris (96,5)
3. Singapura (94,1)
4. Hong Kong (85,6)
5. Australia (84,5)
6. Korea Selatan (84,2)
7. Kanada (82,1)
8. Jepang (79,3)
9. Amerika Serikat (77,2)
10. Taiwan (65,9)
11. Chili (64,4)
12. Filipina (61,4)
13. Vietnam (58,8)
14. Malaysia (58,1)
15. Meksiko (53,8)
16. China (50,1)
17. Thailand (50,1)
18. Kamboja (49,4)
19. Indonesia (49,1)
20. Ekuador (38,5)
Artikel ini telah tayang di website CNBC Indonesia dengan judul “Reformasi Perdagangan Melambat, RI di Posisi 19 Indeks Perdagangan Berkelanjutan” pada tanggal 27 Oktober 2023.
