Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman yang menewaskan setidaknya 87 orang di Iran pada Rabu (3/1/2024). Jumlah korban tewas dalam insiden tersebut telah direvisi oleh pemerintah Teheran dari sebelumnya 103 jiwa.
AFP melaporkan bahwa ISIS mengklaim dua anggotanya meledakkan rompi bahan peledak di antara ribuan orang yang berkumpul di Kerman, Iran tenggara. Pada saat itu, warga sedang berkumpul untuk memperingati kematian Jenderal Qassem Soleimani yang tewas dalam serangan AS di Irak pada tahun 2020.
Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa AS meyakini ISIS bertanggung jawab atas serangan tersebut. Media Reuters juga menyebutkan bahwa “Ini memang terlihat seperti serangan teroris, seperti yang pernah dilakukan ISIS di masa lalu, dan itulah asumsi kami saat ini,” kata pejabat senior pemerintahan Biden lainnya.
Mengutip IRNA, para penyelidik Iran menyatakan bahwa ada dua bom yang meledak di Kreman, dan keduanya diduga dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri. ISIS, sebagai kelompok ekstrimis Sunni, kerap melakukan serangan di Iran yang mayoritas penduduknya adalah Syiah.
Pemerintah Iran menyebut bahwa pembunuhan para pejabat dan ilmuwan nuklir telah terjadi, dan diyakini dilakukan oleh Israel. Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi juga mengatakan bahwa pemerintah akan memperkuat keamanan di perbatasannya yang rawan dengan Afghanistan dan Pakistan.
Serangan tersebut terjadi di tengah ketegangan regional akibat perang Gaza, Palestina, dan sehari setelah serangan drone yang dilakukan oleh Israel di Lebanon. Wakil Kepala Staf Urusan Politik Presiden Ebrahim Raisi, Mohammad Jamshidi, menuduh Israel dan AS bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kejadian ini mendapat kecaman dari beberapa kepala negara, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan pemerintah China.