Anemia aplastik adalah sebuah kondisi langka dan serius yang terjadi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, meningkatkan risiko perdarahan, serta rentan terhadap infeksi yang tidak terkontrol.
Anemia aplastik dapat menyerang individu dari segala usia, tetapi paling sering terjadi pada mereka yang berusia 10 hingga 20 tahun serta 60 hingga 65 tahun. Penyakit ini bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan dan semakin memburuk seiring waktu. Tingkat keparahan anemia aplastik bervariasi, mulai dari ringan hingga berat.
Perawatan untuk anemia aplastik melibatkan pemberian obat-obatan, transfusi darah, hingga transplantasi sumsum tulang atau transplantasi sel induk pada penderita.
Gejala anemia aplastik biasanya berkembang dalam beberapa minggu atau bulan, sehingga gejalanya sering tidak langsung terlihat. Namun, dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang parah. Beberapa gejala umum anemia aplastik meliputi demam, lemas dan mudah lelah, kulit tampak pucat, infeksi virus yang sering kambuh dan berlangsung lama, mudah mengalami perdarahan atau memar, perdarahan berkepanjangan jika mengalami luka, ruam kulit, sakit kepala atau pusing, sesak napas (dispnea), dan jantung berdebar-debar.
Penyebab utama anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang dan merusak sel induk di sumsum tulang, sehingga produksi sel darah menurun. Selain itu, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko anemia aplastik meliputi paparan bahan kimia beracun seperti insektisida, pestisida, dan bahan kimia dalam bensin seperti benzena, efek samping obat-obatan tertentu, kemoterapi dan radiasi, kehamilan, infeksi virus tertentu seperti hepatitis, cytomegalovirus, HIV, dan parvovirus B19, gangguan autoimun, kelainan genetik, serta penyebab yang tidak diketahui atau disebut anemia aplastik idiopatik.
Mendiagnosis anemia aplastik melibatkan serangkaian pemeriksaan termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik, tes darah lengkap, apusan darah tepi, penghitungan retikulosit, aspirasi dan biopsi sumsum tulang, serta tes genetik.
Pengobatan anemia aplastik tergantung pada tingkat keparahan dan usia pasien. Terapinya terbagi menjadi tiga kategori utama yaitu terapi suportif, terapi imunosupresan, dan transplantasi sel punca (sumsum tulang). Pilihan terapi sesuai dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien.
Anemia aplastik merupakan kondisi serius yang memerlukan diagnosis dan penanganan yang tepat. Gejala yang muncul dapat bervariasi dari ringan hingga berat, dengan penyebab yang beragam, termasuk faktor lingkungan, obat-obatan, serta gangguan autoimun. Diagnosa yang akurat dan pengobatan yang sesuai sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala anemia aplastik, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang optimal.