Serangan terhadap Bybit baru-baru ini telah mencatat rekor sebagai peretasan kripto terbesar sepanjang sejarah, melampaui kasus Ronin Bridge pada 2022 yang mengalami kerugian sebesar USD 600 juta. Kelompok peretas yang diduga berasal dari Korea Utara ini telah berhasil mencuri lebih dari USD 3 miliar dalam bentuk aset digital sejak tahun 2017. Ahli keamanan siber percaya bahwa dana yang dicuri kemungkinan telah dicuci melalui pencampur kripto, suatu teknik pencucian uang yang sering digunakan oleh Lazarus Group untuk menyembunyikan asal-usul transaksi tersebut.
Meskipun jumlah kasus peretasan dan penipuan kripto telah menurun pada akhir tahun 2024, laporan dari perusahaan keamanan PeckShield menunjukkan bahwa insiden terbaru ini kembali menimbulkan kekhawatiran akan kerentanan yang masih ada di bursa kripto. Dalam situasi yang menegangkan tersebut, Bybit telah mengambil langkah untuk melunasi pinjaman sebesar 40.000 Ether yang sebelumnya dipinjam dari Bitget. Tindakan ini diambil untuk memastikan bahwa pengguna dapat menarik dana mereka setelah peristiwa peretasan tersebut.
Gracy Chen, CEO Bitget, telah mengonfirmasi bahwa pinjaman tersebut diberikan tanpa bunga dan tanpa agunan sebagai bentuk dukungan terhadap Bybit yang sedang mengalami krisis. Meskipun pengguna telah menarik lebih dari USD 5 miliar dari bursa dalam beberapa hari setelah peretasan, Bybit berhasil memenuhi semua permintaan penarikan tersebut. Penting untuk diingat bahwa setiap keputusan investasi tergantung pada pembaca. Sebelum melakukan transaksi jual-beli kripto, selalu pelajari dan analisis dengan baik. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang mungkin timbul akibat keputusan investasi.