Segala Hal tentang Bitcoin: Pengertian Hingga Alasan Harga Turun

by -21 Views

Bitcoin merupakan salah satu aset digital yang memiliki harga yang sangat fluktuatif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda. Faktor-faktor tersebut termasuk sentimen pasar, regulasi pemerintah, dan perkembangan teknologi. Berita negatif mengenai regulasi atau keamanan Bitcoin bisa menyebabkan penurunan harga. Begitu pula dengan kondisi ekonomi global yang tidak pasti dapat mempengaruhi minat investor. Selain itu, perkembangan teknologi cryptocurrency lainnya atau inovasi dalam teknologi blockchain juga mampu memengaruhi harga Bitcoin dengan mengalihkan perhatian investor.

Di samping itu, faktor-faktor makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan situasi geopolitik juga memiliki pengaruh terhadap harga Bitcoin. Analisis yang mendalam diperlukan agar dapat memahami fluktuasi harga Bitcoin secara lebih baik. Menurut informasi dari Coinmarketcap.com, pada tanggal 25 Februari 2025, harga Bitcoin turun sebesar 4,14 persen dalam 24 jam terakhir dan mengalami penurunan sebesar 4,51 persen dalam seminggu terakhir, dengan harga saat ini berada di posisi USD 91.985.

Sementara itu, Ethereum juga mengalami koreksi harga yang lebih besar. Harga Ethereum turun sebesar 10,88 persen dalam 24 jam terakhir dan mengalami penurunan sebesar 8,89 persen dalam seminggu terakhir, dengan harga saat ini berada di posisi USD 2.486,93. Koreksi harga Bitcoin dan Ethereum ini terjadi sejak hari Senin yang lalu, dengan mayoritas harga cryptocurrency terkoreksi. Menurut Coindesk, kondisi pasar cryptocurrency yang sedang merosot juga diikuti oleh kinerja wall street yang lesu.

Seorang ekonom dari Renaissance Macro Research, Neil Dutta, mengungkapkan bahwa risiko terhadap pasar tenaga kerja semakin meningkat. Pendapatan riil melambat, pasar perumahan mengalami penurunan, dan pemerintah negara bagian serta lokal mengurangi pengeluaran. Dutta juga menyatakan bahwa konsensus pasar tidak melihat adanya perlambatan ekonomi, dengan perkiraan median Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 2,5 persen. Dia menambahkan bahwa pengetatan kebijakan moneter secara pasif merupakan risiko utama yang dapat berdampak pada investor pasar keuangan. Dutta memperkirakan adanya penurunan suku bunga jangka panjang dan aksi jual saham akibat berkurangnya selera risiko dari investor pasar keuangan.

Source link