Analisis Kinerja PEPE Coin Hari Ini 14/02/2025

by -22 Views

Harga Bitcoin (BTC) sempat mengalami penurunan di bawah USD 95.000 setelah data inflasi AS menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan. Hal ini membuat investor khawatir bahwa Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga dalam pertemuan bulan Maret. Inflasi AS naik menjadi 3% pada Januari 2025. Meskipun sempat melemah, Bitcoin berhasil pulih dan kembali diperdagangkan di kisaran USD 97.000. Saham perusahaan terkait dengan Bitcoin, seperti MicroStrategy (MSTR), Coinbase (COIN), dan Marathon Holdings (MARA), juga mengalami pergerakan yang serupa.

Kenaikan inflasi dan ketidakpastian terkait kebijakan tarif yang dapat memperburuk inflasi bukan kabar baik bagi Bitcoin sebagai instrumen investasi. Suku bunga yang lebih tinggi membuat Obligasi Pemerintah menjadi lebih menarik, karena menawarkan imbal hasil yang lebih besar dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan Bitcoin.

Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di atas USD 109.000 pada 20 Januari 2025, sebelum pelantikan Presiden AS Donald Trump. Harapan investor terhadap regulasi yang lebih bersahabat terhadap aset digital di bawah kepemimpinan Trump belum sepenuhnya terwujud, karena harga Bitcoin masih fluktuatif dan tidak menunjukkan tren kenaikan yang konsisten. Beberapa analis, termasuk kepala aset digital BlackRock, memandang Bitcoin lebih sebagai aset lindung nilai seperti emas, yang dapat berkinerja baik saat ketidakpastian ekonomi meningkat. Namun, Bitcoin terkadang bergerak sejalan dengan aset berisiko seperti saham tradisional, yang juga mengalami penurunan setelah laporan inflasi terbaru dirilis.