Kemendag Mengungkap Stok Gula Hanya Mencukupi untuk 1 Bulan

by -573 Views

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim menegaskan ketersediaan stok gula di dalam negeri masih relatif aman jelang musim giling tebu. Namun, Isy melihat adanya sinyal kelangkaan gula di dalam negeri. Isy mengungkapkan kondisi ini sedang diselidiki oleh pemerintah. “Sebenarnya, kalau dari sisi stok masih cukup sampai bulan depan. Karena dari stoknya dari 300 ribu ton kan. Dari catatan kami, di BUMN dan swasta itu lebih dari 330-an ribu ton. Artinya cukup untuk 1 bulan. Ketahanan stok itu 1,5 bulan, hampir 2 bulan, jadi cukup lah itu stoknya,” katanya kepada wartawan di Jakarta, dikutip Minggu (22/4/2024).

Di sisi lain, dia menambahkan, kenaikan harga gula di pasar internasional turut berdampak ke dalam negeri. Kondisi ini menyebabkan kesulitan pasokan ke dalam negeri. Akibatnya, pemerintah harus menaikkan harga acuan pemerintah (HAP) gula di tingkat konsumen sebesar Rp1.500 per kg. Harga ini berlaku mulai 5 April – 31 Mei 2024.

Saat ditanya apakah gula di dalam negeri langka, Isy menjawab: “Ya karena lebih kesulitan memperoleh gula di sana dengan harga yang boleh di Indonesia kan. Harganya kan di luar tinggi,” katanya. “Kan kemarin dapatnya sebelum direlaksasi itu juga kan. Jadi kan perlu waktu untuk negosiasi, dan sudah turun. Nah sekarang juga sudah mau memasuki musim giling lagi kan bulan Mei,” tambah Isy.

Penyebab Gula Langka
Pemerintah, lanjutnya, juga sedang mengidentifikasi penyebab sebenarnya kelangkaan gula di dalam negeri. “Ini yang lagi dibahas, nanyanya harusnya ke Bapanas jangan saya,” sebutnya. “Saya sudah ke Kemenko, sekarang ada rapat gula di sana mengenai roadmap pergulaan. Sekalian ngobrolin ini karena sudah mulai ada kelangkaan. Tapi penanganannya di Bapanas. Kami menyampaikan hasil pemantauan kami,” ungkap Isy.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen menyebut, kenaikan harga gula di tingkat konsumen terjadi karena ketersediaannya yang kurang, ditambah pemerintah tidak memiliki stok atau cadangan gula nasional. Sehingga saat harga gula tengah bergejolak seperti saat ini, pemerintah tidak bisa melakukan intervensi harga. “Harga (di konsumen) naik sekarang ini karena kita nggak pernah pegang stok. Jadi ada kenaikan itu di pedagang,” ujarnya. “Nah itulah kelemahan kita, karena setiap kita impor kita ini tidak simpan stok untuk cadangan. Karena itulah saya tegaskan, kita ini harus pegang stok dong. Negara sebagai bapaknya rakyat tidak pegang stok ini gimana? Jadi kalau ada kenaikan di pasar, pemerintah tidak bisa intervensi harga,” tegas Soemitro.