Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Arab Saudi mengomentari insiden militer Israel yang membombardir kerumunan warga sipil di Gaza Palestina saat sedang mengantri untuk makanan. Kementerian Luar Negeri Riyadh menyatakan bahwa tindakan Tel Aviv tersebut adalah pelanggaran kemanusiaan. Arab Saudi juga mendesak komunitas internasional untuk memaksa Israel membuka koridor kemanusiaan yang aman ke Gaza.
“Pemerintah Arab Saudi menentang pelanggaran hukum humaniter internasional oleh pihak manapun dan dalam keadaan apapun,” tulis pernyataan tersebut seperti yang dikutip oleh Al Jazeera.
Sebelumnya, Pasukan Israel dilaporkan menembaki warga Gaza, wilayah Palestina, yang menyerbu truk makanan saat bantuan disalurkan pada Kamis waktu setempat. Insiden ini mengakibatkan lebih dari 100 orang tewas. Menurut laporan AFP, militer Israel (IDF) menembaki warga dengan senjata ketika ribuan orang putus asa dan lapar mengepung konvoi 38 truk bantuan, menyebabkan banyak terluka, termasuk beberapa orang tertabrak oleh truk.
Dalam update Kementerian Kesehatan pada Jumat (1/3/2024), jumlah korban tewas akibat insiden tersebut mencapai 112 orang dan 750 orang lainnya luka-luka. Insiden ini menambah daftar korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel, setelah sebelumnya jumlahnya mencapai 30.000 jiwa.
Seorang saksi mata mengatakan bahwa “kekerasan terjadi ketika ribuan orang berbondong-bondong menuju truk bantuan di bundaran Nabulsi di barat kota”. “Tentara menembaki kerumunan ketika orang-orang terlalu dekat dengan truk,” tambahnya.
Sementara itu, Israel mengakui bahwa tentaranya melepaskan tembakan ke arah kerumunan, dengan alasan bahwa IDF merasa itu merupakan ancaman. “Militer melepaskan beberapa tembakan peringatan untuk berusaha membubarkan massa yang mengepung truk bantuan,” kata juru bicara Israel, Daniel Hagari, yang dikutip oleh AFP.
Selain Arab Saudi, sejumlah negara di dunia juga marah atas tindakan Israel, termasuk negara-negara Barat. Prancis mengutuk “penembakan Israel” dan menyebutnya sebagai “tidak dapat dibenarkan terhadap warga sipil”. Menteri Luar Negeri Spanyol menyebut peristiwa tersebut sebagai hal yang “tidak dapat diterima”, sementara Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell mengecam serangan tersebut sebagai “pembantaian”.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan bahwa Washington sedang menelaah “dua versi yang saling bertentangan” mengenai insiden tersebut, mengacu pada kesaksian warga versus kesaksian Israel. Biden juga mengatakan bahwa penembakan tersebut akan mempersulit upaya untuk negosiasi gencatan senjata dan kemungkinan besar tidak akan ada kesepakatan pada Senin, seperti telah diprediksi sebelumnya.
Laporan dari Gedung Putih mengatakan bahwa Biden telah berbicara dengan pemimpin Qatar dan Mesir terkait dengan gencatan senjata dan insiden bantuan yang dianggap “tragis dan mengkhawatirkan”.