CSIS Konfirmasi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Menang Satu Putaran di Quick Count: Demokrasi Masih Pilihan Terbaik

by -134 Views

Jakarta – Hasil Pemilu 2024 versi quick count beberapa lembaga menunjukkan bahwa pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, sebagai pemenang. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bahkan memastikan bahwa kemenangan itu bisa diraih dalam satu putaran.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menganalisis bahwa kemenangan itu sebenarnya sudah diprediksi terlebih dahulu mengingat tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus meningkat menjelang Pemilu 2024. Ia juga menyatakan bahwa keunggulan pasangan tersebut terlihat dari hasil quick count yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga survei.

“Hasil quick count beberapa lembaga survei mengonfirmasi kemenangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka dengan persentase sekitar 57-58%,” ujar Arya dalam keterangan resmi pada Rabu (21/2).

Tidak hanya memenangkan Pilpres, Arya juga menyatakan bahwa jumlah suara yang diperoleh oleh keduanya merupakan yang tertinggi yang pernah diraih oleh calon presiden dan calon wakil presiden di era sebelumnya.

“Dengan jumlah suara tersebut, hampir dipastikan bahwa pemilihan presiden akan berlangsung dalam satu putaran. Rekor ini berhasil melewati persentase Presiden Joko Widodo sebesar 55,50% pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019,” jelas Arya.

Berdasarkan estimasi perolehan suara dari quick count yang diselenggarakan oleh CSIS bersama Cyrus Network (CN), suara untuk Prabowo-Gibran hampir unggul di seluruh wilayah Indonesia. Dukungan untuk pasangan calon dari Koalisi Indonesia Maju juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan calon lainnya. Arya mengatakan bahwa pencapaian tersebut telah memenuhi syarat kemenangan dalam Pilpres menurut Pasal 6 (3) Undang-Undang Dasar 1945.

“Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa ‘Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden’,” paparnya.

Lebih lanjut, Arya juga menjelaskan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah angka split-ticket voting yang terjadi di kalangan pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

“Kondisi ini tentu menguntungkan Prabowo. Ia tidak hanya mendapatkan suara dari basis pendukung partainya, tetapi juga mendapatkan suara dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Faktor lain yang berperan dalam kemenangan Prabowo-Gibran adalah persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan situasi ekonomi yang dinilai baik. Arya menyatakan bahwa masyarakat melihat hal ini dari peningkatan anggaran program bantuan sosial. Berdasarkan survei CSIS pada Desember 2023, sebanyak 86,1% masyarakat percaya pada Presiden.

“Kemenangan Prabowo-Gibran juga dapat dilihat dari perubahan strategi tim kampanye yang mengarahkan kampanye ke platform TikTok dan melibatkan influencer berpengaruh dalam tim kampanye nasional. Konten Prabowo di TikTok hampir selalu viral dan ditonton oleh puluhan juta orang,” tambah Arya.

Meski demikian, Arya menyebut bahwa potensi kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya sudah terdeteksi sejak awal. Terutama bila merujuk pada hasil survei yang signifikan sejak November 2023. Ia mengatakan bahwa peta elektoral yang dinamis menjelang pemilu membuat tim dari pasangan lain harus berpikir strategis, bahkan menekankan narasi pemilu berjalan lebih dari satu putaran.

“Dengan selisih suara yang besar, menjadi sangat sulit bagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud MD untuk mengejar suara Prabowo-Gibran yang terus meningkat. Hal yang masih mungkin dilakukan pada saat itu adalah ‘memaksa’ pemilu presiden berlangsung dua putaran,” jelas Arya.

CSIS, lanjut Arya, menganalisis bahwa dalam upaya memenangkan hati pemilih, pasangan 01 dan 03 juga melancarkan gerakan yang relatif berbeda menjelang akhir masa kampanye.

“Untuk mengubah sikap pemilih di akhir masa kampanye, Anies Baswedan memilih untuk mengurangi ‘serangan’nya pada debat terakhir calon presiden. Namun, Ganjar justru semakin agresif dalam menyerang,” ujarnya.

Terakhir, Arya bersama CSIS mencatat bahwa Pemilu 2024 menjadi kelanjutan dari proses demokrasi yang dimulai sejak reformasi 1998. Artinya, setelah periode tersebut, Indonesia telah menjalani enam kali pemilu. Ia menegaskan bahwa meskipun demokrasi memiliki kekurangan, namun tetap menjadi pilihan terbaik bagi Indonesia dalam menghadapi permasalahan nasional dan internasional di masa yang akan datang.

“Dalam setiap pemilu, kita menyaksikan perubahan kekuasaan yang cepat. Perubahan politik terjadi dengan cepat, sehingga kita harus beradaptasi dengan cepat pula. Meskipun demikian, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik bagi kita di masa yang akan datang,” katanya.

“Kita membutuhkan seorang pemimpin yang demokratis untuk memimpin lebih dari 270 juta penduduk di negara ini, menghadapi tantangan domestik dan global yang semakin berat di tahun-tahun mendatang. Kita juga membutuhkan kabinet yang kompeten dan berpengalaman,” tambah Arya. (SENOPATI)

Source link