PBB Murka dengan Israel dan Hamas, AS Perangi Houthi: 8 Update Terkini

by -84 Views

Serangan Israel ke Jalur Gaza dan Tepi Barat (West Bank) semakin meningkat. Setidaknya 10 warga Palestina dilaporkan tewas dan banyak lainnya terluka dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. Sementara tiga bangunan tempat tinggal telah dibom di Rafah, dengan sedikitnya 29 orang tewas dan banyak lagi yang dikhawatirkan terjebak di bawah reruntuhan. Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa setidaknya 13 warga Palestina tewas dan 75 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia, di Gaza utara. Kamp pengungsi Jabalia adalah yang terbesar di antara delapan kamp pengungsi di Gaza dan menampung sekitar 116.000 pengungsi terdaftar.

Tentara Israel telah melakukan jeda taktis di Janina dan Rafah dari pukul 10:00 hingga 14:00 waktu setempat untuk “tujuan kemanusiaan”, namun bocah sipil tidak diperbolehkan ke “Poros Salah al-Din” di utara dan timur Khan Younis. Pasukan Israel juga menahan ratusan orang, termasuk 80 staf medis, 40 pasien, dan 120 pengungsi di Rumah Sakit Al-Awda di Gaza utara. Penyerangan Israel di Gaza selatan menewaskan sedikitnya 28 warga Palestina dan rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di wilayah utara pun menjadi sasaran.

Para pejabat PBB mengungkapkan kemarahan dan ketidakpercayaan mereka terhadap situasi di rumah sakit di Gaza. Komunitas internasional dikritik karena dinilai “membisu” di tengah serangan yang sedang berlangsung oleh pasukan Israel di wilayah utara.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina, setidaknya ada 19.453 korban tewas, termasuk sekitar 7.729 anak-anak dan 5.153 wanita per Selasa (19 Desember 2023). Jumlah korban luka-luka melebihi 52.286 orang, termasuk 8.663 anak-anak dan 6.327 perempuan. Sementara di Tepi Barat, tercatat 301 orang tewas, termasuk sekitar 72 anak-anak dan lebih dari 3.365 dilaporkan luka-luka.

Amerika Serikat (AS) pun mengumumkan koalisi 10 negara untuk “memadamkan” serangan rudal dan pesawat tak berawak Houthi di Laut Merah. Ini dilakukan sebagai respon terhadap serangan yang terus meningkat oleh Houthi, termasuk serangan terhadap kapal-kapal yang menyebabkan bahaya bagi rute transit dan perdagangan global.