Ampun, Sudah Lebih dari 7 Bulan di Indonesia Tanpa Hujan

by -86 Views

BMKG: 50% Daerah Rawan Kekeringan Beruntun, Lombok Utara 214 Hari Hujan

Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga tanggal 30 November 2023, sebanyak 50% dari 4.360 titik pengamatan masih mengalami hari tanpa hujan secara berturut-turut. Dengan kategori sangat pendek sampai ekstrem panjang.

“Sebanyak 1.991 titik (45.67%) mengalami hari tanpa hujan kategori Sangat Pendek, 106 titik (2.43%) mengalami hari tanpa hujan kategori Pendek, 51 titik (1.17%) mengalami hari tanpa hujan kategori Menengah, 7 titik (0.16%) mengalami hari tanpa hujan kategori Panjang,” demikian dikutip dari Buletin Iklim BMKG edisi Desember, Senin (18/12/2023).

“4 titik (0.09%) mengalami hari tanpa hujan kategori Sangat Panjang dan 25 titik (0.57%) mengalami hari tanpa hujan kategori Ekstrem Panjang. hari tanpa hujan terpanjang terjadi di Kabupaten Lombok Utara, provinsi Nusa Tenggara Barat selama 214 hari,” tambah BMKG.

BMKG mencatat, Indonesia tahun ini mengalami kekeringan yang cukup parah akibat El Nino. Yaitu fenomena iklim akibat anomali kenaikan suhu permukaan lain, yang berdampak terjadinya musim kemarau yang ekstrem kering dan panas dibandingkan musim panas biasanya.

“Hasil monitoring dinamika atmosfer dan laut pada bulan November 2023 menunjukkan indeks ENSO (anomali suhu muka laut pada wilayah Nino 3.4) bernilai +1,973°C yang mengindikasikan terjadinya kondisi El Nino Moderat. Sementara Indeks Dipole Mode bernilai +1,561°C yang menunjukkan kondisi IOD Positif,” tulis BMKG.

“Rata-rata anomali suhu muka laut sekitar wilayah Indonesia pada November 2023 umumnya lebih dingin di perairan barat Sumatera dan relatif lebih hangat di perairan utara Jawa,” sebut BMKG.

Efek El Nino

Di kesempatan terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, interaksi darat-laut telah menjadi pendorong utama karakteristik cuaca-iklim.

“ENSO dan IOD telah menjadi faktor yang menonjol karena posisi geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudra, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Selain itu, aktivitas Arus Lintas Indonesia (Indonesian Through Flow) juga turut memengaruhi kondisi cuaca dan iklim di Indonesia,” papar Dwikorita.

“Selama tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami Triple-Dip La Nina yakni pada tahun 2020-2022. Tahun 2023 ini, Indonesia menghadapi kekeringan yang cukup parah yang disebabkan oleh El Nino yang kuat,” kata Dwikorita

Karena itu, ujarnya, Indonesia mengajak seluruh negara di dunia berkolaborasi melakukan pengamatan laut guna mengatasi tantangan perubahan iklim.

“Pengamatan dan pelayanan wilayah pesisir dan laut secara terpadu guna mendukung ketahanan terhadap perubahan iklim dan bahaya laut lainnya. Kondisi bumi kekinian sangat mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi,” pungkas Dwikorita.