Anies Kritis Terhadap Demokrasi, Jokowi Berpesan dengan Tegas

by -139 Views

Presiden Joko Widodo menikmati makan siang bersama tiga calon presiden yang akan berpartisipasi dalam pemilihan presiden 2024 di Istana. Calon Presiden (Capres) RI nomor urut 1, Anies Baswedan, menilai bahwa Indeks Demokrasi Indonesia menurun. Hal ini disampaikan Anies dalam Debat pertama Pilpres pada Selasa (12/12/2023). Kritikan Anies itu langsung direspons oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). “Ya itu sebagai evaluasi,” kata Jokowi sambil tersenyum, di Kawasan Monas, Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Menurutnya, dalam masa pemerintahannya tidak pernah melakukan pembatasan masyarakat untuk berbicara. Bahkan ia mencontohkan dirinya juga kerap dicaci-maki oleh masyarakat. “Tetapi yang jelas kita ini kan tidak pernah melakukan pembatasan-pembatasan apapun, dalam berbicara, dalam berpendapat ada yang maki-maki presiden, ada yang caci maki presiden, ada yang merendahkan presiden, ada yang menjelekkan juga biasa-biasa saja,” tegas Jokowi.

Selain itu, Jokowi menjelaskan pemerintahannya juga tidak pernah melarang melakukan aksi demo. Terlihat banyaknya demo yang berlangsung setiap minggunya. “Di Patung Kuda, di depan Istana juga demo juga hampir setiap minggu, setiap hari juga ada. Juga enggak ada masalah,” tuturnya.

Sebelumnya, Calon Presiden Anies Baswedan mengkritik soal indeks demokrasi Indonesia dan kebebasan bicara yang menurun dalam debat di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023) lalu. Anies menyatakan bahwa rakyat tidak percaya dengan proses demokrasi saat ini yang tidak baik dan tidak dipercaya rakyat.

“Ketika bicara demokrasi minimal 3. Satu, adalah adanya kebebasan berbicara, (kedua) oposisi penyeimbang pemerintah, ketiga ada pemilu, proses pilpres yg netral transparan jurdil,” kata Anies.

“Indeks demokrasi kita menurun. Bahkan, pasal kewenangan karet kepada pengkritik misal UU ITE atau Pasal 14 UU no 1 tahun 1946 itu kebebasan berbicara terganggu,” lanjutnya.

“Kedua oposisi minim, ujiannya besok bisakah pemilu netralitas. Ketiga, persoalan sekarang lebih luas dari (partai politik) parpol. Parpol perlu mengembalikan kepercayaan ini. Parpol butuh biaya biaya, ini ga pernah diperhatikan untuk kampanye parpol ada biaya sudah seharusnya dihitung benar, sehingga rakyat lihat (dan) bisa dipertanggungjawabkan,” tegasnya.