Pasukan Israel dan Hamas terlibat pertempuran dari rumah ke rumah di sepanjang Jalur Gaza. Kondisi perang seperti ini pun menimbulkan dampak buruk bagi penduduk sipil di tengah hilangnya bantuan kemanusiaan. Ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sedang berjuang melewati daerah perkotaan yang rusak parah akibat bom di Gaza utara dan selatan, Hamas semakin mengandalkan bom rakitan untuk menimbulkan korban jiwa dan memperlambat serangan tersebut. Rumah sakit-rumah sakit di Gaza melaporkan banyaknya warga sipil yang tewas dan terluka, banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, sementara meluasnya pertempuran darat ke Selatan telah menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan jauh dari titik persimpangan Rafah dengan Mesir. Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan 1.207 warga Palestina telah tewas sejak gagalnya gencatan senjata sementara pada awal bulan ini, dan 70% dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Kementerian mengatakan lebih dari 100 jenazah saat ini sedang menunggu pemakaman di dalam rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara, yang dikatakan tidak memiliki bahan bakar dan mendapat rentetan serangan. “Seluruh wilayah utara Jalur Gaza tidak memiliki layanan kesehatan,” kata Munir Al Bursh, direktur RS itu, kepada The Guardian (7/12/2023). Titik fokus pertempuran selama dua hari terakhir adalah kamp pengungsi Jabaliya dan distrik Shujai’iya di utara Gaza, serta Khan Younis dan Bani Suheila di selatan. IDF sejauh ini telah menguasai sebagian besar Jalan Salah A; Din, jalan raya utama utara-selatan yang membentang di tengah jalur pantai. PBB dan badan-badan bantuan mengatakan tidak ada lagi tempat di Gaza yang aman. Menurut PBB, 1,87 juta orang, lebih dari 80% populasi Gaza, telah meninggalkan rumah mereka. Banyak yang harus meninggalkan tempat perlindungan beberapa kali untuk menghindari serangan Israel. “Pola serangan yang menargetkan atau berdampak pada infrastruktur sipil menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kepatuhan Israel terhadap hukum kemanusiaan internasional dan secara signifikan meningkatkan risiko kejahatan kekejaman,” papar Kantor Hak Asasi Manusia PBB. Institute for the Study of War yang berbasis di Washington dalam sebuah laporan mengutip sebuah insiden di mana sayap militer Hamas semakin canggih menggunakan bahan peledak. Lembaga itu menjelaskan taktik Hamas untuk merobohkan sebuah rumah di atas tentara Israel di Khan Younis dan meledakkan serangan berbentuk penusuk lapis baja terhadap sebuah tank Israel. IDF melaporkan tujuh korban pada Selasa dan dua lagi pada Rabu pagi. Sejak operasi darat dimulai, 84 tentara IDF dilaporkan tewas dalam operasi darat, banyak di antaranya akibat bom dan rudal anti-tank yang ditembakkan dari jarak dekat. “Pejuang milisi Palestina terus menggunakan taktik yang lebih canggih untuk menargetkan pasukan Israel di seluruh Jalur Gaza,” jelas Institute for the Study of War. IDF mengatakan Khan Younis telah menjadi benteng utama Hamas setelah serangan darat di utara dimulai pada 27 Oktober, dengan empat dari 24 batalyon gerakan ekstremis tersebut bermarkas di sana. Para komandan Israel percaya bahwa hierarki Hamas, termasuk pemimpinnya, Yahya Sinwar, mungkin bersembunyi di jaringan terowongan luas di bawah kota. Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis dan pada Rabu malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan IDF mengepung rumah keluarga Sinwar. “Kemarin saya katakan bahwa pasukan kami bisa menjangkau mana saja di Jalur Gaza. Hari ini mereka mengepung rumah Sinwar. Rumahnya mungkin bukan bentengnya dan dia bisa melarikan diri, tapi hanya masalah waktu sebelum kita menangkapnya,” kata Netanyahu.