Tahija Wolbachia – pranala.co: Penelitian tentang Wolbachia

by -137 Views

Jika dapat disebut sebagai “harta karun”, demam berdarah termasuk dalam kategori “harta tak bertuan”.

Dunia Barat tidak tertarik untuk memberantasnya. Penelitian tentang demam berdarah juga tidak diutamakan, apalagi sampai menyediakan dana khusus.

Hal tersebut adalah kesimpulan dari Trihadi Saptoadi, Executive Board Yayasan Tahija. Yayasan Tahija didirikan oleh putra Julius Tahija, yaitu dr Sjakon G Tahija.

“Di WHO bisa dilihat daftar penyakit yang masuk kategori seperti DB itu,” ujar Trihadi.

Penyakit khas negara tropis yang miskin seperti demam berdarah tidak mendapatkan perhatian yang sama dengan penyakit seperti AIDS, jantung, atau kanker.

Sangat ironis jika orang kaya meninggal karena demam berdarah. Salah satu contohnya adalah Dharmawan Ruslim, mantan direktur utama Astra, yang meninggal karena demam berdarah di Singapura.

Dokter Sjakon, yang juga merupakan ahli bedah retina, tidak meninggal akibat demam berdarah. Hal ini membuatnya ingin lebih memahami penyakit demam berdarah dan bertekad untuk mengatasinya.

Setelah beberapa usaha untuk mengatasi demam berdarah, akhirnya Yayasan Tahija menemukan cara yang efektif dengan berkolaborasi dengan UGM dan Prof Scott O’Neill dari Monash University Australia. Mereka menyuntikkan telur nyamuk dengan Wolbachia yang membuat nyamuk tidak lagi bisa menularkan demam berdarah ke manusia.

Setelah sukses di Yogyakarta, pemerintah pusat memperluas program tersebut ke lima kota lainnya dengan bantuan UGM dan Yayasan Tahija.

Persaingan dalam penelitian dan aplikasi temuan terkait demam berdarah juga terjadi antara Monash University dan UGM. Tetapi hal ini justru mempercepat penelitian dan penanggulangan demam berdarah.