Penting Untuk Diketahui! Sejarah Perkembangan Konflik Israel Palestina

by -254 Views

Bentrok Terus Terjadi antara Israel dan Palestina

Hampir satu bulan sudah terjadi perang antara Israel dan Palestina. Namun sebenarnya konflik antara kedua pihak telah terjadi sejak lama sebelum serangan oleh Hamas pada Oktober 2023 lalu.

Konflik ini dimulai pada 2 November 1917. Saat itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, menulis surat kepada tokoh komunitas Yahudi Inggris yang bernama Lionel Walter Rothschild.

Surat tersebut berisi 67 kata yang mewajibkan pemerintah Inggris untuk mendirikan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina. Surat tersebut juga bertujuan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan tersebut.

Isi surat yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour ini sebenarnya memberikan 90% wilayah Palestina yang diisi oleh penduduk asli Arab Palestina kepada gerakan Zionis orang Yahudi.

Mandat Inggris kemudian dibentuk pada tahun 1923 dan berlangsung hingga tahun 1948. Selama periode tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi ke Palestina, terutama setelah terjadinya gerakan Nazi di Eropa.

Namun, migrasi massal ini mendapatkan penolakan dan pertentangan dari warga Palestina. Mereka khawatir akan adanya perubahan demografi negara dan pengambilalihan tanah oleh Inggris yang kemudian akan diberikan kepada orang Yahudi sebagai tempat tinggal.

Tegangan yang semakin meningkat inilah yang kemudian menjadi penyebab terjadinya Pemberontakan Arab pada tahun 1936-1939. Komite Nasional Arab pada April 1936 meminta warga Palestina untuk melakukan pemogokan umum sebagai bentuk protes terhadap kolonialisme Inggris dan meningkatnya jumlah pendatang Yahudi.

Pemberontakan ini berlangsung selama enam bulan dengan adanya penangkapan massal dan penghancuran rumah oleh Inggris, praktik yang masih dilakukan oleh Israel hingga saat ini.

Pada tahun 1947, populasi Yahudi di Palestina telah meningkat 33% tetapi porsi tanah yang mereka miliki hanya 6%. Pada saat itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan dan mengadopsi Resolusi 181 untuk membagi wilayah Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi.

Namun, rencana PBB ini ditolak oleh Palestina karena pemberian 56% wilayah Palestina kepada orang Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir subur. Pada saat itu, wilayah Palestina sejarah mencakup 94% wilayah dengan populasi sebesar 67%.

Pada 1947-1948, lebih dari 500 desa, kota kecil, dan kota besar Palestina hancur. Sekitar 15 ribu orang Palestina tewas dalam kejadian tersebut, termasuk dalam beberapa pembantaian.

Akibat dari insiden tersebut, Gerakan Zionis menguasai 78% wilayah Palestina, sementara 22% sisanya dibagi menjadi Tepi Barat dan Jalur Gaza, seperti halnya saat ini.

Pada tanggal 15 Mei 1948, negara Israel didirikan dan keesokan harinya negara-negara Arab melakukan perang dengan negara baru tersebut. Perang berakhir pada Januari 1949 dengan adanya gencatan senjata antara Israel dengan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah.

Setelah berdirinya negara Israel, sekitar 150 ribu penduduk Palestina tetap tinggal di sana. Mereka hidup di bawah pendudukan militer dengan kendali yang ketat selama 20 tahun sebelum akhirnya menjadi warga Israel.

Pada tanggal 5 Juni 1967, wilayah Palestina sejarah termasuk Jalur Gaza jatuh ke tangan Israel selama Perang Enam Hari melawan koalisi tentara Arab. Selain itu, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir juga dikuasai oleh Israel.

Perlawanan atau Intifada pertama kali dilakukan oleh Palestina pada Desember 1987 di Jalur Gaza. Ini terjadi setelah empat warga Palestina tewas ketika truk Israel bertabrakan dengan dua van yang membawa pekerja Palestina.

Protes tersebut kemudian menyebar ke Tepi Barat dengan pemuda Palestina melemparkan batu ke tank dan tentara Israel. Inilah yang menjadi awal terbentuknya gerakan Hamas, cabang Ikhwanul Muslimin yang melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel.

Israel tidak tinggal diam dengan melakukan berbagai tindakan seperti pembunuhan mendadak, penutupan universitas, deportasi aktivis, dan penghancuran rumah.

Perlawanan ini berakhir setelah Perjanjian Oslo ditandatangani pada tahun 1993. Melalui perjanjian ini, dibentuk pemerintah sementara di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang dikenal sebagai Otoritas Palestina (PA).

Perlawanan kedua Palestina terjadi pada tanggal 28 September 2000. Saat itu, pemimpin oposisi Partai Likud Israel, Ariel Sharon, melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al-Aqsa.

Bentrokan terjadi yang mengakibatkan lima warga Palestina tewas dan 200 orang lainnya terluka selama dua hari. Kejadian ini kemudian memperluas pemberontakan bersenjata.

Sejak saat itu, Israel terus melakukan serangan militer berkelanjutan di Gaza pada tahun 2008, 2012, 2014, dan 2021. Serangan-serangan ini menyebabkan banyak warga Palestina, termasuk anak-anak, tewas. Selain itu, juga banyak rumah, sekolah, dan gedung perkantoran yang hancur.