Jumlah Korban di Zona Konflik Dunia Di Gaza Meningkat, Salah Satunya Adalah Anak yang Tewas.

by -79 Views

Jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dalam tiga minggu terakhir lebih banyak dibandingkan jumlah total korban tewas dalam konflik di seluruh dunia. Ini dihitung sejak 2019.

Organisasi non-pemerintah Save the Children menyebut per data Minggu, setidaknya 3.324 anak telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, sementara 36 anak meninggal di Tepi Barat. Sementara Jumat (3/11/2023), ada sebanyak 3.760 anak-anak dari total 9.061 warga yang tewas di Jalur Gaza.

Mengutip laporan dari Sekretaris Jenderal PBB tentang anak-anak dan konflik bersenjata, Save the Children menyebut total 2.985 anak terbunuh di 24 negara pada tahun 2022. Sementara sebanyak 2.515 pada tahun 2021 dan 2.674 pada tahun 2020 di 22 negara.

“Kematian satu anak adalah satu hal yang terlalu banyak, namun ini adalah pelanggaran berat yang sangat besar,” kata Direktur Save the Children untuk wilayah Palestina Jason Lee, seperti dikutip Al Jazeera.

Ia pun menyuarakan gencatan senjata. Menurutnya ini penting untuk memastikan keselamatan anak-anak.

“Gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk memastikan keselamatan mereka,” tambahnya.

“Komunitas internasional harus mendahulukan masyarakat dibandingkan politik. Setiap hari yang dihabiskan untuk berdebat menyebabkan anak-anak terbunuh dan terluka. Anak-anak harus dilindungi setiap saat, terutama ketika mereka mencari keselamatan di sekolah dan rumah sakit,” jelasnya.

Pernyataan itu muncul ketika Israel terus melanjutkan operasi darat yang diperluas di Gaza. Padahal serangan udara juga terus dilakukan Negeri Yahudi itu.

Sementara itu, sebanyak 1.000 anak lainnya dilaporkan hilang di Gaza. Diyakini, mereka masih berada di bawah reruntuhan.

Sebelumnya, lebih dari 40% dari 8.000 orang yang dipastikan tewas di Gaza adalah anak-anak. Lebih dari 6.000 anak terluka di Gaza sejak perang dimulai. Secara keseluruhan, setidaknya 1.400 warga Israel dan warga negara asing juga tewas di Israel, sebagian besar akibat serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober.