Raja Salman Marah, Hamas Membalas Perbuatan

by -134 Views

Perang di Gaza semakin mengerikan. Serangan itu dilakukan oleh Israel sebagai pembalasan dendam atas penyerangan kelompok militan Palestina, Hamas, ke wilayahnya pada 7 Oktober lalu. Jumlah korban terus bertambah, terutama warga sipil di Gaza.

Dalam perang tersebut, pertempuran antara Israel dan Hamas semakin meluas. Kelompok Houthi di Yaman juga ikut menyerang Israel dengan menembakkan drone dan rudal pada 31 Oktober. Kelompok Houthi secara tegas mendukung Palestina sejak penyerangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Perlu diwaspadai dampak ikut sertanya Houthi dalam konflik ini terhadap regional Arab.

Bolivia juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena operasi militer Israel di Gaza. Mereka menuntut gencatan senjata segera dan mengirimkan bantuan ke Gaza. Negara ini baru memulihkan hubungan dengan Israel pada tahun 2019 setelah hubungan terputus akibat serangan sebelumnya di Gaza. Cile dan Kolombia juga memanggil pulang duta besarnya dari Israel.

Situasi Gaza semakin buruk dengan terus terjadinya pengeboman, termasuk ke kamp pengungsi. Pasca pengeboman, sejumlah warga Palestina yang terluka diperkirakan akan dibawa ke Mesir untuk mendapatkan perawatan. Arab Saudi juga mengutuk keras serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Gaza.

Perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dan Mesir akhirnya dibuka untuk pertama kalinya sejak perang meletus. Beberapa orang dan mobil dapat bergerak dari Gaza melalui perbatasan tersebut. Evakuasi warga negara Indonesia yang berada di Gaza juga direncanakan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia. Hamas juga melakukan balasan dendam dengan meluncurkan roket ke Israel.

Akibat genosida terhadap warga sipil Palestina di Gaza yang dilakukan Israel, Direktur Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia di New York, Craig Mokhiber, memutuskan berhenti dari jabatannya sebagai protes. Ia menegaskan bahwa PBB telah gagal mencegah genosida sebelumnya di berbagai tempat.

Dalam situasi ini, evakuasi WNI dari Gaza direncanakan akan dilakukan melalui perbatasan Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Pembukaan perbatasan ini dapat memberikan kesempatan bagi warga sipil untuk meninggalkan daerah konflik.