Dewan Energi Nasional (DEN) melaporkan bahwa ketahanan energi Indonesia saat ini masuk dalam kategori tahan. Namun, jika impor energi meningkat secara signifikan, ketahanan energi tersebut dapat mundur. Menurut Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto, indeks ketahanan energi Indonesia saat ini berada pada angka 6,61, yang berarti masuk dalam kategori aman. Meskipun begitu, pihak DEN terus berupaya untuk meningkatkan indeks ketahanan energi Indonesia.
Djoko menjelaskan bahwa pada tahun lalu, Presiden Joko Widodo berhasil menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar subsidi. Keputusan tersebut membantu perekonomian Indonesia serta mengurangi beban Pertamina dalam menyalurkan BBM tersebut.
Djoko juga menjelaskan bahwa indeks ketahanan energi nasional Indonesia dapat dilihat melalui empat variabel. Salah satu variabel tersebut adalah ketersediaan sumber energi, baik dari domestik maupun luar negeri. Selain itu, Djoko mengatakan bahwa jika ketiga komoditas impor (minyak mentah, BBM, dan LPG) tidak dapat diekspor karena adanya perang, maka akan sulit dan harga energi menjadi mahal.
Meskipun harga batu bara global mengalami kenaikan yang berdampak pada harga jual listrik, pemerintah masih memberikan harga yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah juga masih memberikan subsidi untuk harga LPG 3 kg agar tetap terjangkau oleh masyarakat.
Untuk mengukur indeks ketahanan energi, para pakar energi menggunakan empat aspek, yaitu: ketersediaan sumber energi, kemampuan akses terhadap sumber energi melalui infrastruktur jaringan energi, keterjangkauan biaya investasi energi, dan penggunaan energi yang peduli lingkungan serta penerimaan masyarakat.
Referensi:
CNBC Indonesia