Ini 6 Rekomendasi IDI dalam Mengatasi Kasus Cacar Monyet yang Merajalela

by -91 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini, kasus cacar monyet (Mpox) sedang menjadi perhatian di berbagai belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan khususnya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat menyebabkan gejala ringan hingga parah.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Muhammad Adib Khumaidi mengatakan bahwa melalui Satgas Mpox, IDI akan terus mengawal perkembangan kasus ini di Indonesia. IDI juga akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan penanganan terbaik kepada pasien dan masyarakat.

“Diperlukan upaya berkelanjutan dan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, organisasi layanan kesehatan, dan organisasi internasional untuk dapat mengatasi masalah Mpox di Asia Tenggara ini secara efektif,” ujar Khumaidi dalam keterangannya, Minggu (29/10/2023).

Sementara itu, Ketua Satgas Mpox PB IDI, Hanny Nilasari menganggap kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini sebagai salah satu alasan utama kurangnya penanganan Mpox di Asia Tenggara. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui gejala dan cara melindungi diri dari penyakit ini.

Menurut Hanny, kurangnya informasi ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, yang dapat berakibat lebih parah. Selain itu, sering terjadi kesalahpahaman bahwa Mpox bukan penyakit serius atau jarang terjadi.

Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kepedulian terhadap penyakit ini dan ketidakinginan untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri dari infeksi.

“Terlepas dari tantangan-tantangan ini, penting untuk menyadari peran kesadaran masyarakat dalam mengatasi masalah Mpox di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata Hanny.

Oleh karena itu, PB IDI mengeluarkan enam rekomendasi mengenai penanganan kasus Mpox di Indonesia. Rekomendasi tersebut antara lain:

1. Penyebaran edukasi secara luas kepada masyarakat mengenai apa itu Mpox, cara penularannya, pencegahan, dan deteksi dini.

2. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga Mpox dan hindari penggunaan barang-barang bersama seperti handuk, pakaian, dan alat mandi.

3. Populasi dengan risiko tinggi, seperti memiliki beberapa pasangan dan kondisi imunokompromais, harus menghindari perilaku berisiko. Hubungan seksual harus dilakukan dengan aman menggunakan kondom dan melakukan vaksinasi.

4. Masyarakat umum, terutama yang berisiko, diharapkan segera mengunjungi dokter jika muncul gejala lesi kulit yang tidak biasa dan didahului demam.

5. Pada kasus terduga Mpox, perlu dilakukan wawancara anamnesis, pemeriksaan lesi kulit dan organ secara detail dan lengkap, serta pemeriksaan swab untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.

6. Penyediaan obat antivirus dan vaksin desentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang ditunjuk sesuai dengan alur yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta per 27 Oktober 2023 mencatat adanya 15 orang dengan kasus positif Mpox dan 1 kasus sembuh. Dari 14 kasus positif aktif (positivity rate PCR 44 persen), hampir semua pasien mengalami gejala ringan dan terinfeksi melalui kontak seksual. Semua pasien tersebut adalah laki-laki usia 25-50 tahun.

Selain itu, terdapat 20 orang dengan hasil PCR negatif dan 2 orang yang masih menunggu hasil PCR. Sejak tanggal 13 Oktober, terdapat 14 orang dengan kasus positif atau terduga positif yang sedang menjalani isolasi di rumah sakit. Kementerian Kesehatan RI telah menyediakan vaksin Mpox yang telah diberikan kepada 251 orang dari target 495 orang.

(wur)